RENE DESCARTES

BIOGRAFI RENE DESCARTES


Rene Descartes lahir di kota La Haye Totiraine, Perancis pada tanggal 31 Maret tahun 1596 M.  Dalam literatur berbahasa latin dia dikenal dengan Renatus Cartesius. Rene Descartes selain merupakan seorang filosof, dia juga seorang matematikawan Perancis. Beliau meninggal pada tanggal 11 februari 1650 M di Swedia di usia 54 tahun. Kemudian  jenazahnya dipindah  ke Perancis pada tahun 1667 M dan tengkoraknya disimpan di Museum D’historie Naturelle di Paris.
Rene Descartes dikenal sebagai Bapak Filsafat Modern. Menurut Bertnand Russel, memang benar. Gelar itu diberikan kepada Descartes karena dialah orang pertama pada zaman modern yang membangun filsafat yang berdiri atas keyakinan diri sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan rasional. Dialah orang pertama pada akhir abad pertengahan yang menyusun argumentasi yang kuat yang dictinct, yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat adalah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat, serta bukan yang lainnya.
Dalam keluh kesahnya ini, dia bergabung dengan paduan suara para filsuf abad 17 termasuk Bacon, Hobbes dan Locke. Pada 1618 dia pergi ke Holland (Belanda) untuk melayani tentara angkatan darat Prince Maurice of Nassau, saat dalam perjalanan ke Jerman bersama para tentara angkatan darat itu. Pada malam 10 November, dia mengalami serangkaian mimpi yang dia artikan sebagai tanda-tanda bahwa dia akan menemukan suatu ilmu yang universal (a universal science). Pengaruh yang paling penting bagi Descrates pada saat itu adalah ahli matematika Issac Beeckman. Issac Beeckman mendorong Descartes dengan memberikan sejumlah masalah dan mendiskusikan masalah-masalah fisika dan matematika. Karya penting pertama Descartes adalah "Regulae or Rules for the Direction of Mind" yang ditulis pada tahun 1628 tetapi tidak diterbitkan hingga 1701. Karya ini menunjukkan minat Descartes pada metode yang dia bagikan kepada beberapa ilmuwan, ahli matematika dan filsuf abad 16 dan 17.
Pada November 1628 Descartes berada di Paris, dimana dia menjadikan dirinya terkenal saat bertentangan dengan Chandoux. Chandoux mengaku bahwa ilmu hanya bisa didasarkan pada kemungkinan. Pandangan ini mencerminkan dominasi skeptisisme lingkaran intelektual Renaissance di Perancis. (This view reflected the dominance in French intellectual circles of Renaissance skepticism.) Pandangan skeptis ini berasal dari krisis religius di Eropa yang merupakan akibat dari Reformasi Protestan dan diperparah dengan penerbitan "Sextus Empiricus" dan pencerminan ketidaksetujuan antar penulis klasik. Keadaan ini diperparah lagi dengan pertimbangan-pertimbangan tentang perbedaan budaya antara budaya Dunia Baru dan Eropa, dan oleh perdebatan tentang sistem Copernican baru. Semuanya ini telah disusun sedemikian rupa oleh Montaigne dalam karyanya, "Apology for Raymond Sebond", dan dikembangkan oleh para pengikutnya. Descartes diserang dengan pandangan ini, hanya mengakui bahwa kepastian bisa dijadikan sebagai dasar pengetahuan dan bahwa dia sendiri memiliki suatu metode untuk mendapatkan kepastian itu. Pada tahun yang sama Descartes pindah ke Holland dimana dia tetap mendapatkan gangguan singkat hingga tahun 1649.
Corak pemikiran yang rasional merupakan sebuah kontribusi pemikiran yang ia berikan kepada dunia. Selain itu, ada beberapa kontribusi berupa karya-karya buku. Karya-karyanya yang terpenting dalam bidang filsafat murni dintaranya Dicours de la Methode (1637) yang menguraikan tentang metode. Selain itu juga ada Meditations de Prima Philosophia (1641), sebuah buku yang menguraikan tentang meditasi-meditasi tentang filsafat pertama. Di dalam kedua buku inilah Descartes menuangan metodenya yang terknal itu, metode Cogito ero sum, metode keraguan Descartes.
Di Holland, Descartes menghasilkan karya ilmiah yang disebut "Le Monde" atau "The World" yang diterbitkan pada 1634. Namun, pada akhirnya dia belajar bahwa Galileo telah dipersalahkan oleh gereja karena mengajarkan Copernicanism. Buku yang ditulis Descarte berpusat pada Copernican, sehingga buku itu dikecam. Pada 1637 Descartes menerbitkan sebuah buku yang berisi tiga esai di bidang matematika dan ilmu ilmiah dan "Discourse on Method". Karya ini ditulis di Perancis (daripada di Latin) dan ditujukan untuk dunia pendidikan daripada hanya untuk bidang akademis. Pada 1641 Descartes kembali menulis buku "Meditationes de Prima Philosophia" (Meditations on First Philosophy). Karya pendek ini bersifat lebih metafisika daripada ilmiah, dan bertujuan untuk mendirikan dasar- dasar tertentu untuk ilmu pengetahuan yang telah diumumkan Descartes pada perdebatannya dengan Chandoux pada tahun 1628. (Untuk mengetahui lebih jelas tentang buku ini baca "Structure of the Meditations". Buku ini diterbitkan bersama-sama dengan "Objections and Replies" dari enam (dan kemudian tujuh) filsuf dan teolog, termasuk Thomas Hobbes, Pierre Gassendi dan Antoine Arnauld.
Setelah buku Meditations, Descartes menghasilkan "The Principles of Philosophy" pada 1644, pernyataan terlengkap atas filosofinya yang matang dan atas sistem Cartesian secara umum. Bab 1 menjelaskan pandangan metafisika Descartes. Bab 2 memberikan penjelasan rinci tentang prinsip-prinsip fisika Catesian. Bab 3 menerapkan prinsip- prinsip fisika untuk memberikan penjelasan rinci tentang bumi, dan Bab 4 tentang berbagai fenomena di bumi. Dua bagian lagi, direncanakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan tanaman dan binatang dan manusia, tetapi tidak lengkap. Pada 1648 Descartes menerbitkan "Notes Against a Program"-- suatu respon terhadap suatu selebaran yang diterbitkan tanpa nama oleh Henricus Regius, Professor of Medecine (Profesor kesehatan) di University of Utrecht (Universitas Utrecht). Regius sejak awal sudah mendukung dan antusias terhadap Descartes. Tetapi ketika Regius menerbitkan "Foundations of Physics" karyanya, Descartes memprotesnya karena Regius telah tanpa malu menggunakan makalah Descartes yang tidak diterbitkan yang telah dia dapatkan dan Regius juga telah menyimpang dari ide-ide Descartes.


POKOK-POKOK PEMIKIRAN DESCARTES
1.   Cogito ergo sum
Cogito Ergo Sum atau yang lebih dikenal dengan “aku berfikir maka aku ada” merupakan sebuah pemikiran yang ia hasilkan melalui sebuah meditasi keraguan yang mana pada awalnya Descartes digelisahkan oleh ketidakpastian pemikiran Skolastik dalam menghadapi hasil-hasil ilmu positif renaissance.Cogito dimulai dari metode penyangsian. Metode penyangsian ini dijalankan seradikal mungkin. Oleh karenanya kesangsian ini harus meliputi seluruh pengetahuan yang dimiliki, termasuk juga kebenaran-kebenaran yang sampai kini dianggap pasti (misalnya bahwa ada suatu dunia material, bahwa saya mempunyai tubuh, bahwa tuhan ada). Kalau terdapat suatu kebenaran yang tahan dalam kasangsian yang radikal itu, maka itulah kebenaran yang sama sekali pasti dan harus dijadikan fundamen bagi seluruh ilmu pengetahuan. Dan Descartes tidak dapat meragukan bahwa ia sedang berfikir. Maka, Cogito ergo sum: saya yang sedang menyangsikan,ada. Itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal, betapa pun besar usahaku.
2.   Ide-ide bawaan
Karena kesaksian apa pun dari luar tidak dapar dipercayai, maka menurut Descartes saya mesti mencari kebenaran-kebenaran dalam diri saya dangan menggunakan norma tadi. Kalau metode dilangsungkan demikian,apakah hasilnya? Descartes berpendapat bahwa dalam diri saya terutama dapat ditemukan tiga “ide bawaan” (Inggris: innate ideas). Ketiga ini yang sudah ada dalam diri saya sejak saya lahir msing-masing ialah pemikiran, Tuhan, dan keluasan.
a.    Pemikiran
Sebab saya memahami diri saya sebagai makhluk yang berfikir, harus diterima juga bahwa pemikiran merupakan hakikat saya.


b.   Tuhan sebagai wujud yang sama sekali sempurna
  Karena saya mempunyai ide sempurna, mesti ada suatu penyebab sempuna untuk ide itu karena akibat tidak bisa melebihi penyebabnya. Wujud yang sempurna itu tidak lain daripada Tuhan.


c.    Keluasan
Materi sebagai keluasan atau ekstensi ( extension ), sebagaimana hal itu dilukiskan dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur.


3.   Substansi
Descartes menyimpulkan bahwa selain Tuhan, ada dua subtansi: Pertama, jiwa yang hakikatnya adalah pemikiran. Kedua, materi yang hakikatny adalah keluasan. Akan tetapi, karena Descartes telah menyangsikan adanya dunia di luar aku, ia mengalami banyak kesulitan untuk memebuktikan keberadaannya. Bagi Descartes, satu-satunya alasan untuk menerima adanya dunia materiil ialah bahwa Tuhan akan menipu saya kalau sekiranya ia memberi saya ide keluasan, sedangkan di luar tidak ada sesuatu pun yang sesuai dengannya. Dengan dmikian, keberadaan yang sempurna yang ada di luar saya tidak akan menemui saya, artinya ada dunia materiil lain yang keberadaannya tidak diragukan, bahkan sempurna.


4.   Manusia
Descartes memandang manusia sebagai makhluk dualitas. Manusia terdiri dari dua substansi: jiwa dan tubuh. Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan. Sebenarnya, tubuh tidak lain dari suatu mesin yang dijalankan oleh jiwa. Karena setiap substansi yang satu sama sekali terpisah dari substansi yang lain, sudah nyata bahwa Descartes menganut suatu dualisme tentang manusia. Itulah sebabnya, Descartes mempunyai banyak kesulitan untuk mengartikan pengaruh tubuh atas jiwa dan sebaliknya, pengaruh jiwa atas tubuh. Satu kali ia mengatakan bahwa kontak antara tubuh dan jiwa berlangsung dalam grandula pinealis ( sebuah kelenjar kecil yang letaknya di bawah otak kecil). Akan tetapi, akhirnya pemecahn ini tidak memadai bagi Descartes sendiri.


Analisa terhadap Rene Descartes
1.   Pujian atau dukungan terhadap Rene Descartes
Bertrand Russell dalam bukunya Sejarah Filsafat Barat mengatakan bahwasanay Descartes pantas menyandang gelar The Founder of Modern Philosophy atau Bapak Filsafat Modern. Gelar itu diberikan kepada Descartes karena dialah orang pertama pada zaman modern yang membangun filsafat yang berdiri atas keyakinan diri sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan rasional. Dialah orang pertama pada akhir abad pertengahan yang menyusun argumentasi yang kuat yang dictinct, yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat adalah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat, serta bukan yang lainnya.
Bertnand Russell juga mengatakan bahwa Descartes adalah orang pertama yang memiliki kapasitas filosofis tinggi dan sangat dipengaruhi oleh fisika dan astronomi baru. Ada sebuah kesegaran dalam pemikirannya yang tidak ditemukan dalam pemikiran filsuf ternama sebelumnya semenjak Plato. Wataknya baik dan tidak suka menonjolkan keilmuannya, layaknya orang-orang pintar di dunia, bukannya seperti seorang murid. Wataknya ini luar biasa sempurna. Sangat beruntunglah filsafat modern karena pionirnya mempunyai cita rasa sastra yang mengagumkan.(Bertand Russell)
Pengaruh keimanan yang begitu kuat pada abad pertengahan, yang tergambar dalam ungkapan credo ut intelligam dari Anselmus itu, telah membuat para pemikir takut mengemukakan pemikiran yang berbeda dari pendapat tokoh gereja. Apakah ada filsuf yang mampu dan berani menyelamatkan filsafat yang dicengkram oleh iman abad pertengahan itu? Tokoh itu adalah Rene Descartes.


2.   Kritik terhadap Rene Descartes
Penganut empirisme begitu kecewa dengan rasionalisme, karena telah menghinakan empirisme, sementara rasionalisme meyakini bahwa kebenaran itu berpusat pada kepastian tentang pikiran diri sendiri, sementara salah satu diri sendiri adalah fungsi-fungsi indrawi,yang berhubungan juga dengan empirisme.
3.   Analisa penulis terhadap Rene Descartes
Rene Descartes menurut penulis, merupakan seorang filsuf zaman modern yang memberikan trobosan, alternatif, dan logika baru dalam bidang filsafat. Descartes telah berhasil memberikan fondasi kepastian bagi pengembangan ilmu pengetahuan, sebuah dasar yang belum pernah ditemukan oleh para pendahulunya. Salah satunya yaitu bahwa filsafat pada masa lampau teerlalu mudah memasukkan penalaran yang bisa-jadi-benar (belum tentu benar) ke dalam khazanah penalaran yang sebenarnya dikhususkan bagi penalaran yang pasti. Oleh karena itu Descartes menyatakan aturan umum dalam logika dalam bukunya Discourse bahwasanya tidak boleh menerima hal apa saja sebagai hal yang benar jika tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya.
Oleh karena itu semua, penulis mengatakan bahwa Descartes pantas menyandang gelar The Founder of the Modern Philosophy karena dialah pencetus rasionalisme yang lebih mengunakan akal yang mana sebelumnya mereka masih takut akan dogma-dogma gereja.


Epistemologi Pemikiran Rene Descartes
Epistemologi merupakan pembicaraan mengenai bagaimana sebuah ilmu pengetahuan diperoleh. Dalam perjalanannya mencari kepastian, Descartes telah menemukan metode tersendiri. Yaitu dengan cara meragukan semua yang dapat diragukan. Kesangsian ini dijalankan seradikal mungkin. Ia meragukan segala ilmu dan hasil-hasilnya seperti adanya kosmos fisik, termasuk badannya, dan bahkan adanya Tuhan. Beberapa alasan yang dikemukakan untuk mendukung keragu-raguannya ini adalah kemungkinan kekeliruan panca indra, kemungkinan ia sedang mimpi, dan adanya demon jahat penipu. Ia seolah-olah bersikap sebagai seoarang skeptikus. Dan, memang pada saat itu, ajaran skeptisisme, sebagaimana dikenal dalam karya Sextus Empirious, agak menjadi populer. Menurut Descartes, untuk dapat memulai sesuatu yang baru, ia harus memiliki suatu pangkal pemikiran yang pasti. Pangkal yang pasti itu dapat ditemukan lewat keragu-raguan.
Ontologi Rene Descartes ( substansi-atribut-modus)
Descartes telah mencari hakikat sesuatu, akan tetapi agar hakikat segala sesuatu dapat ditentukan dipergunakan pengertian-pengertian tertentu, yaitu substansi, atribu atau sifat dasar, dan modus.
Yang disebut substansi adalah apa yang berada sedemikian rupa, sehingga tidak memerlukan sesuatu yang lain untuk berada. Substansi yang dipkirkan seperti itu sebenarnya hanya ada satu yaitu Tuhan. Segala sesuatu yang lain hanya dapat  dipikirkan sebagai berada dengan pertolongan tuhan.
Yang disebut atribut adalah sifat asasi. Tiap substansi memiliki sifat asasinya sendiri, yang menentukan hakikat substansi itu. Sifat asasi ini mutlak perludan tidak dapat ditiadakan. Sifat asasi ini adanya diadakan oleh segala sifat yang lain.
Yang diebut modus (jamak dari modi) adalah segala sifat substansi yang tidak mutlak perlu dan yang dapat berubah.
Jelas dan teranglah sekarang bahwa segala substansi bendawi memiliki sebagai atribut atau sifat asasi; keluasan, dan memiliki sebagai modi; bentuk dan besarnya yang lahiriyah serta gerak dan perhentiannya. Perbedaan-perbedaannya bukan mewujudkan hal yang asai, melainkan hanya tambahan saja.


KESIMPULAN
Dalam sedikit pemaparan di atas mengenai Descartes, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:
Descartes adalah seorang pioneer filsafat modern yang lahir pada tahun 1596 dan wafat pada tahun 1650. Sosok Descartes adalah orang yang sangat mengagumkan karena kepribadiannya yang rendah hati dan tidak suka memamerkan keilmuannya. Semasa hidupnya Descartes menjalani suatu fluktuasi kehidupan dimana ia akhirnya harus berusaha untuk mengasingkan diri untuk mampu mendalami apa yang ia tekuni serta mempertajam pemikirannya demi mendorong munculnya filsafat sebagai hasil karya dirinya. Ia membuat metode keraguan dalam menyelasaikan sebuah permasalahan atau dengan kata lain adalah Cagito Ergo Sum. Beberapa karya lain dari Descartes adalah Discourse de la method dan Meditationes de prima Philosophia. Hingga suatu ketika ia meninggal karena sakit yang ia derita saat itu.
Inilah pemaparan singkat yang dapat penulis sajikan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Filsafat Ilmu. Semoga dari pemaparan tersebut mampu memberikan tambahan ilmu mengenai filsafat ilmu dari seorang pioneer filsafat modern yaitu Rene Descartes.


DAFTAR PUSTAKA
http://biokristi.sabda.org/rene_descartes_1595_1650


https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/rene-descartes-biografi-dan-pemikiran/


http://www.nuraminsaleh.com/2013/01/rene-descartes-dan-pemikirannya.html


http://kandangmu.blogspot.co.id/2012/12/tokoh-filsafat-modern-rene-descartes.html

Komentar